Minggu, 13 November 2011

KALAU HUMBLE UDAH KEHILANGAN MAKNANYA

Kita, orang Indonesia memang udah ditakdirkan untuk jadi bangsa yang punya naluri rendah hati. Entah genetik, atau memang bentuk usaha kebaikan yang diajarkan semenjak lahir, masuk Sekolah Dasar di pelajaran pendidikan moral, kemudian beranjak dewasa dengan pelajaran manner lainnya. Menjadi down to earth itu memang terpuji. Siapa yang gak seneng sama orang humble?

Humble.

Belakangan, gue mengalami sesuatu yang bias dengan kata HUMBLE. Apalagi down to earth.  Sekali lagi, menjadi humble memang terpuji. Tapi humble yang bagaimana? Apa iya terus menerus berkata: "ah...biasa aja kok", "ya..alhamdulillah ya...ini kan kerja keras sama-sama", "gue gak bisa kok...ini kebetulan aja", "karya gue biasa-biasa aja kok..."?. Apa iya menulis status ALHAMDULILLAH, bersyukur bla bla bla bisa dibilang humble, sementara dia terus menerus nunjukkin hidangan mewah macam apa yang dia makan, apa yang dia pakai, apa yang baru dia beli?

Kita belum cukup berani mengakui achievement. Semua harus berdasarkan kata-kata yang seolah down to earth. Alasannya? Jelas. Nanti gue dibilang sombong. Baiklah. Mungkin lebih baik diam daripada menjadi palsu. Toh masih ada pilihan?

Menjadi mulia bukanlah sesuatu yang apa kita citrakan dengan kemasan luar saja. Begitu juga dengan humble. Humble adalah sesuatu yang abstrak, namun terlihat. Humble punya cara tersendiri untuk menunjukkan dirinya. Dalam diam ataupun koar-koar bak orasi demonstrasi. Mengakui apa yang sudah kita kerjakan dengan percaya diri bukan berarti kita tidak rendah hati.

Menjadi bangga bukan berarti besar kepala.
Kadang interpretasi orang justru mengacaukan sifat kita sebenarnya.

Jadilah otentik dan yakinlah bahwa humble ada dalam sisi hati kita yang tidak perlu kita definisikan dengan kata-kata harafiah namun menjadi basa-basi.

Mungkin begitu lebih baik :)

1 komentar:

  1. Kalo aku bukan humble .. aku membel .. kayak kasur spring bed dengan puluhan per .. toeng toeng .. toeng ..

    BalasHapus