Minggu, 01 April 2012

MENJADI TEKAWE (Being Women's Labor). Part #2




Homesick
Dulu, saya pikir homesick itu cuma ada di dalam cerita-cerita anak perantau yang hanya kangen ketoprak atau sekadar abon sapi di atas nasi hangat. Ternyata homesick memang ada. Lebih dari sekadar rindu. Membayangkan empuknya kasur di kamar sendiri, atau menikmati nonton HBO sambil diantar semangkuk Indomie telur hangat sama si embak. Betapa nyamannya berada di rumah sendiri.

Semua terasa berbeda sekarang.
Weekend rasanya sudah terlalu letih untuk hangout di mall. Karena setumpuk cucian dan pekerjaan rumah lainnya menunggu. Sedikit berbeda dengan menjadi anak kost di Jakarta. Di sini semua serba terbentuk oleh sistem dan schedule. Maka laundry day pun harus tepat waktu kalau tidak mau menunggu giliran sampai minggu depan.

Makanan terasa hambar. Baik hawker atau restoran.
Pemenuhan kebutuhan duniawi atas nama makan enak akhirnya harus dipenuhi dengan masak sendiri. Sekadar sayur bayam aau bakwan jagung sederhana, berbekal nekat dan feeling maka jadilah! :)

Ketika semua orang menjadi begitu demanding
Banyak uang. Benarkah?
Segala hal duniawi rasanya gak bisa dihindari. Singapura, negara kaya di utara Indonesia ini menyimpan segudang cerita dan etalase barang-barang pemenuh gairah belanja.

Saya lebih suka hidup sederhana. Tshirt, jeans, dan sneakers saja sudah cukup.
Tapi keadaan berubah sedemikian rupa. Stereotype bahwa saya punya harta melimpah, gaji gede bagai manusia jutaan dollar gak bisa dihindari. Semua orang terasa semakin demanding. Sepatu, kaos, jam, parfume, seolah gudang koin emas paman gober sudah diwariskan ke saya. hahaha... Ada saat di mana saya betul-betul tidak bisa membendung begitu banyak keinginan orang-orang. Penolakan seperti boomerang. Penolakan seolah awal dari segala jurang. Sementara saya juga harus tetap survive dengan apa yang tertera di rekening tabungan.

Katanya...hidup adalah pilihan. But sometimes, saya tidak punya keistimewaan untuk memilih.
Toh selama saya masih di sini, bisa dipastikan saya harus punya "budget extra" untuk memenuhi keinginan-keinginan itu.


New Friends!
Terikat karena sebuah perasaan yang sama sebagai perantau membuat pertemanan baru ada. Menghabiskan malam minggu di sepanjang jalan Orchard atau sekadar melihat air mancur di Marina... Menghibur seorang teman yang sedang ulang tahun tanpa kue dari keluarga, atau nonton Sherlock Holmes bareng sambil ngantuk sehabis perayaan tahun baru. Sweet!

Mulai betah
Hampir 8 bulan.
Ada ketenangan yang mulai terasa di hati. Entah kenapa...
Mungkin saya sudah mulai menerima segala konsekuensi dan keadaan yang harus saya jalani di sini.
Segala enak dan gak enak. Segala kelebihan dan kekurangan.
Kesepian.
Capek.
Seru.
Excited.
Begah.
Eneg.
Terlalu banyak kejutan dan unpredictable things disini.

Mungkin hati dan pikiran saya sudah mau berkompromi dengan semua itu.
Semoga.